~sore menjelang malam itu cuaca sedang tidak bersahabat, deraian bulir-bulir air berlomba-lomba berjatuhan dan membasahi tubuh. dibawah naungan atap kecil di taman kota, aku berteduh.. istirahat sejenak sembari menunggu waktu untuk pulang kerumah. dinginnya angin malam membuat tubuhku yang mungil seakan diterpa jarum-jarum tajam yang menusuk hingga kedalam tulang belulang. tetesan bulir-bulir air hujan ikut membasahi wajahku. aku hanya berdiam diri seolah tak terjadi apa-apa dengan tubuh ku yang sudah menggigil lantaran terpaan angin malam menembus kedalam pori-pori kulitku. aku duduk dan memandangi riuk pikuk disekelilingku.. aku memperhatikan tetesan air hujan dijalan raya yang memantul-mantul, lalu memadati sebagian jalan. mobil yang hululalang lewat dengan kecepatan sepersekian detik, mencipratkan genangan air kebagian pinggir jalan raya. lampu jalan yang senantiasa menyala memperjelas tetesan air hujan yang berjatuhan. pohon-pohon di sekitar taman menari-nari yang seolah-olah menandakan klorofil sedang berpesta pora lantaran deraian air hujan. lalu bagaimana dengan aku? sejenak terlintas dalam benakku akan bayangan seseorang yang belum lama ini mengisi hari-hariku lalu dengan seenaknya saja masuk dan keluar begitu saja. hei, ini bukan selaput permeabel yang seenaknya saja keluar masuk tanpa ada yang membatasi? sadar..ini hati..entahlah, jika aku terlalu lama mengeluh itu hanya akan membuatku semakin terlihat lemah, yang pasti biarkan hati mengalir seperti hujan yang turun dengan begitu saja..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar